CPNS. Keberadaan Aparatur Sipil Negara (ASN) khususnya Pegawai negeir Sipil (PNS) sebagai mesin birokrasi sebuah negara sangat menentukan kualitas kemajuan negara tersebut. Semakin banyak ASN yang memiliki keahlian maka akan semakin cepat kemajuan suatu bangsa. Tetapi sebaliknya, tanpa adanya kinerja ASN maka negara tersebut tidak dapat maju.
Demikian dikatakan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Asman Abnur saat menjadi pembicara dalam Dialog Kejayaan Bangsa pada Temu Alumni dan Kongres V DPP IKA Universitas Andalas, Padang, Rabu (14/9).
Untuk itu Menteri mengingatkan bahwa peran perguruan tinggi sangat penting dalam melahirkan para calon ASN yang unggul dan memiliki kompetensi. “Kualitas ASN ditentukan dari pendidikannya. Nah di sini perguruan tinggi memiliki peran yang sangat vital agar dapat melahirkan calon ASN yang berkualitas, sesuai dengan bidangnya masing masing,” ujar Asman.
Untuk mewujudkan ASN yang memiliki kualitas, pihaknya berencana akan memprioritaskan lulusan perguruan tinggi terbaik dalam penerimaan cpns menjadi pegawai ASN. Dengan harapan, mereka dapat menjadi ASN yang yang profesional dan mau melayani masyarakat. “Jika ASN maju, maka negara kuat. Dengan memprioritaskan lulusan terbaik perguruan tinggi negeri dalam penerimaan cpns sehingga dapat mencetak ASN yang profesional, dan kedepan saya yakin negara ini bisa maju,” imbuhnya.
Menteri menambahkan, dengan memprioritaskan lulusan terbaik perguruan tinggi dalam seleksi cpns dapat membawa perubahan terhadap kinerja ASN. Dengan demikian tidak akan ada lagi ASN yang tidak memiliki inovasi dalam bidangya masing masing. “Kedepan, ASN harus memiliki semangat enteurprener, punya gagasan ingin maju, hospitality, melayani, dan ingin dekat dengan rakyat,” ucapnya.(byu/HUMAS MENPANRB)
maaf pak menteri kalo melihat lulusan terbaik berdasarkan hasil nilai IPK ( indeks prestasi komulatif ) mahasiswa saya tidak yakin akan dapat memperoleh pns yang berkualitas…karena banyak yang saat ini nilai IPK Mereka besar belum tentu hasil dari dirinya sendiri dan banyak dari mahasiswa yang mempunyai nilai IPK besar belum tentu mampu bekerja…mungkin mereka hanya mampu dalam teori namun belum tentu mampu dalam mempraktekannya… kenapa di indonesia selalu angka yang menjadi patokan dalam melamar pekerjaan…